09 September 2008

Jadi Pengusaha......Siapa Takut?

Orang-orang terdekatku, keluarga, masih meragukan niat ku untuk membuka suatu usaha..."keturunan kita bukan keturunan pegusaha/pedagang, kakek mu seorang birokrat, begitu juga dengan papa mu, jadi pengusaha itu tidak gampang, penuh persaingan,kamu tidak punya bakat, dsb....dsb...."
Begitulah pandangan - pandangan keluarga, terutama Mamah yang sudah biasa dengan kehidupannya, bersuamikan seorang birokrat/PNS dan merasa hidup tenang, punya jaminan pensiun di hari tua.
Perlahan-lahan kucoba meyakinkan....aku mundur ke masa lalu... Mah, ingat nggak kalau mamah dulu pernah menyuruh aku untuk jual Es sepulang sekolah? Dan ingat nggak kalau dulu di saat kuliah aku sambil menjual majalah di kampus? Bukan kah ini merupakan Tempaan, pembelajaran, untuk aku melangkah ke depan? Dan Alhamdulillah Ibu ku meridhoi keinginan ku itu....... Bagaimanapun setiap aku melangkah, harus mendapat ridho dari orang tua...trus bagaimana dengan istri ku? pada prinsip nya dia ikut apa yang menjadi keinginan sang nahkoda, yang Insya Allah perahu ini akan di bawa ke sebuah pulau, yang bernama pulau harapan, pulau kebahagiaan untuk masa depan kami.
Berbekal pengalaman demi pengalaman, baik pada masa di Pontianak dulu dan sudah malang melintang merasakan keras nya kehidupan di Jakarta akhirnya kubulatkan tekadku untuk terjun di dunia swasta.
Kemauan ada, tekad sudah bulat, rencana bisnis sudah disiapkan, cuma ... kendala utama yang belum ada....yaitu MODAL. Maka prinsip yang berlaku pada saat itu adalah BODOL: Berani, Optimis, Duit Orang Lain. Kucoba meyakinkan teman-teman tentang rencana bisnis tersebut, yang kebetulan mereka sudah kenal dekat dengan aku pada waktu kuliah, dan kebetulan juga mereka masing-masing sudah ada kesibukan/ kerjaan tetap, sehingga mereka hanya setor modal, dengan segala aturan main yang transparan. Kelompok kami waktu itu ada 4 orang, masing-masing setor modal awal Rp 5 juta, sedangkan aku hanya setor sebuah benda bergerak yaitu sepeda motor (kenang-kenangan hasil kerja ku di Jakarta) sebagai barang inventaris kantor dan kugunakan dalam mobilitas untuk kerja.
April 2000, sebuah perusahaan terbentuk, dan Badan Usaha nya bernama CV Manggala, main- bisnis nya bergerak di bidang suplier & contractor for water threatment, Market nya kebanyakan sebagai pemasok kebutuhan-kebutuhan dari PDAM & Kontraktor2 air bersih. Suatu jenis usaha yang pada saat itu masih langka di Pontianak, ada pemain-pemain besar/lama, yang biasanya mereka berupa toko dan cukup terkenal di kota ini, dari sini lah aku melihat peluang untuk merebut pasar yang selama ini mereka kuasai, karena sudah terkenal sejak dulu, mereka hanya bersifat menunggu pembeli yang datang. Kondisi ini berbanding terbalik dengan prinsip JEMPUT BOLA yang aku jalani. Kita lebih mengutamakan pelayanan kepada customer dan kadang-kadang juga memberi advise sebelum mereka menentukan barang apa atau sistem kegiatan apa yang akan digunakan, sebelum menentukan kontrak kerja dengan kami..Dan cara kerja seperti ini terus kami pertahankan, karena bagaimanapun CUSTOMER ADALAH RAJA.......
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa bisnisman/ menjadi pengusaha adalah bakat...ya... bakat yang diwariskan orang tua, karena orang tua jadi pengusaha misalnya. Aku kurang setuju dengan pendapat seperti ini, Kita terlahir ke dunia ini sebenarnya sudah menjalani suatu proses persaingan yang luar biasa, bayangkan... kita bisa terlahir dengan telah mengalahkan sekitar 150 juta sperma yang sebenarnya punya kesempatan yang sama untuk menjadi manusia, ...dan kita lah pemenang nya...bukan kah menjadi bisnisman dan pengusaha penuh dengan persaingan???.....
Pada saat bayi, jiwa salesman kita sudah terbentuk, kita berhasil mencuri perhatian orang tua kita dengan hanya MENANGIS.....ya...hanya itu lah yang kita punya pada saat bayi...pada saat lapar sang bayi hanya menangis, orang tua kita sudah tau apa yang harus mereka lakukan, dan dengan kita tertawa.....kita sanggup membuat orang-orang sekeliling kita juga ikut bahagia. Nah dengan hanya menangis dan tertawa saja kita sudah berhasil menjual, apalagi setelah dewasa yang mana kita sudah dibekali pendidikan dan pengalaman serta kemampuan berfikir, artinya ilmu dagang kita sebenarnya sudah terbentuk sejak lahir. Artinya semua manusia sebenarnya punya bakat jadi pengusaha....
Nah, yang menjadi masalah ketika kita menginjak usia kanak-kanak, lingkungan serta pendidikan mulai mempengaruhi kehidupan, dengan menggiring kita semakin jauh dari dunia enterpreneurship. Kebanyakan anak-anak ditanya jika kelak besar mau jadi apa? banyak mereka mengatakan: mau jadi Insinyur, jadi dokter, jadi pilot, dsb, dan si orang tua tersenyum bangga dengan apa yang menjadi cita-cita anak-anaknya. Jarang sekali jawaban yang keluar dari mulut anak-anak tersebut misal : Mau jadi pemilik real estate, mau jadi pemilik rumah sakit, mau jadi pemilik maskapai penerbangan, dsb. Kurikulum di sekolah juga secara tidak langsung menggiring kita menjadi orang yang konsumtif, tidak sebagai produsen. misal dalam pelajaran membaca kelas 1 SD,..ada kalimat2...."Ibu membeli roti"...."Adik dibelikan boneka"....disini kelihatan sekali bahwa tanpa kita sadari bahwa pola konsumtif sudah mulai digiring kepada kita. Coba saja kalimat itu di balik, misal....."Ibu menjual roti"...."Adik membuat boneka-bonekaan untuk dijual"....disini secara tidak langsung kita sudah menggiring anak-anak untuk kreatif dan punya jiwa bisnis...(Bersambung)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Betul Bung Dedy, 9 dari 10 rezeki di dunia ada di perdagangan. Ngomong-ngomong udah pesan baju kaos ke? Masih bise kite dagangkan nih.